Oleh Noviansyah*
Ku genggam air yang menetes dari mataku
Hingga ia lenyap menjadi embun
Bersama kehampaan cahaya
Kucoba menghapus memori lama
Hingga aku gila dan akhirnya tiada
Pernah kubermimpi menggapai langit
Hingga langit itu tersenyum menghardik
Malu rasanya aku pada kenari pagi
Berkicau, mencoba bangunkan aku dari mimpi
Martabatku kini rendah diantara gedung-gedung
Menjulang menentang langit
Sujudku pada kekakuan gedung itu
Menyita suasana sejuk dan damai waktu itu
Untuk apa gedung tinggi?
Untuk apa kemajuan teknologi?
Semua merenggut budaya
Seluruhnya menghancurkan tatakrama
Tiada lagi sapa, tiada lagi keluarga
Manusia berfikir akulah sang Maha
Di masa ini aku lebih baik mati
Terkubur dibalik tanah kering dan tandus
Aku kini benar-benar terlihat seperti hewan
Yang tiada berkawan bahkan tiada bertuhan
Aku rindu masa dulu
Di mana kuciumi tangan ibu
Di mana kudengar nasehat ayahku
Di mana bahagianya masa dulu
Duhai malam bertahanlah sedikit lama
Aku ingin bicara sedikit lama
Biarkan sunyi ini, aku ingin pergi
Kembali bersama sunyi
Berguru pada kesunyian malam
Tuhan di sini ramai
Tapi tak ada yang menolongku
Tiada yang menemaniku
Disini sudah tidak seperti dulu!
*) Penulis adalah mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung angkatan 2012