"Mahasiswa" itulah Title yang dimiliki setiap orang yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Banyak orang yang bangga memiliki tittle tersebut. Namun, sebagian lainnya tidak nyaman dengan sebutan itu. Karena titel sebagai seorang Mahasiswa memiliki arti yang filosofis. Pada beberapa kesempatan kerap dibahas oleh para Dosen, Kajur, Dekan, bahkan Rektor pun berpendapat bahwa tugas pokok dan fungsi mahasiswa ialah sebagai agent of change, social control, moral force dan iron stuck. Jika disimpulkan dari ketiga hal tersebut memiliki arti bahwa seorang mahasiswa memiliki tanggung jawa besar untuk nusa, bangsa, dan agama.
Sebagai Iron Stock – mahasiswa itu harus bisa menjadi pengganti orang-orang yang memimpin di pemerintahan nantinya, yang berarti mahasiswa akan menjadi generasi penerus untuk memimpin bangsa ini nantinya.
Agent Of Change – dituntut untuk menjadi agen perubahan. Disini maksudnya, jika ada sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar dan itu ternyata salah, mahasiswa dituntut untuk merubahnya sesuai dengan harapan yang sesungguhnya.
Social Control – harus mampu mengontrol sosial yang ada di lingkungan sekitar (lingkungan masyarakat). Jadi selain pintar di bidang akademis, mahasiswa harus pintar juga dalam bersosialisasi dengan lingkungan.
Moral Force – diwajibkan untuk menjaga moral-moral yang sudah ada. Jika di lingkungan sekitarnya terjadi hal-hal yang tak bermoral, maka mahasiswa dituntut untuk merubah serta meluruskan kembali sesuai dengan apa yang diharapkan.
Bagaimana tidak? Seperti yang telah tertulis dalam Tridharma perguruan tinggi: tugas seorang mahasiswa adalah mempelajari, meneliti, dan mengabdi.
Namun pada kenyataan nya hari ini, seseorang melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi tidak menjunjung tinggi tridharma yang tertulis. Beberapa mahasiswa hanya menganggap kuliah untuk eksistensi, trendmodern, dan formalitas saja, Adapun yang lainya hanya menganggap Kuliah sebagai sarana mendapat kan tittle dibelakang nama, dan syarat utama untuk mendapat pekerjaan yang layak diperusahaan atau instansi-instansi tertentu.
Hal tersebut dapat dilihat dari Keadaan dunia Kemahasiswaan akhir-akhir ini banyak pandangan yang menyebabkan dekadensi gerakan Mahasiswa dalam aktifitasnya yang sebagai Agent Of Change (Agen perubah masyarakat).
Kemungkinan Pertama yaitu: Mahasiswa saat ini lebih disibukkan dengan persoalan-persoalan yang menyangkut akademisnya sendiri. Kedua: Tidak bergerak disebabkan karena kebingungannya kemana harus melangkah, karena gerakan Mahasiswa saat ini bisa dikatakan ada di persimpangan jalan. Jalan manakah yang harus dilalui? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang  menghinggapi Mahasiswa saat ini. Ketiga: Melemahnya kecerdasan Mahasiswa dalam memahami problematika realitas sosial. Hal ini tidak lain dikarenakan munculnya jiwa individualistis, kapitalis yang setiap hari memasuki otak-otak Mahasiswa sekarang. Karena begitu kerasnya arus kapitalisme sehingga mendisfungsikan nilai-nilai intelektualitas dan mengkaparkan/meremehkan hati nuraninya sehingga sulit untuk dibangunkan kembali. Hal semacam ini tercermin dari semakin berkembangnya pandangan hidup permissive. Keempat: Hilangnya kesadaran akan eksistensinya sebagai Mahasiswa serta lupa akan nilai-nilai idealisme yang selama ini secara tidak langsung telah disandangnya. Tetapi yang terjadi justru kecenderungan pada sikap pragmatisme.
Hal urgen lainnya yang perlu dibahas, dicermati, dan ditelaah dari mahasiswa ialah: ”IPK” (Indeks Prestasi Akademik), ratusan mahasiswa mati-matian untuk mendapatkan nilai terbaik dari dosen. Namun,sangat disayangkan ketika mereka telah mencapai hasil yang mereka inginkan, tidak ada visualisasi atau  pengamalan ilmu yang telah mereka dapatkan; sedangakan seperti yang telah kita ketahui, bahwasanya ilmu tanpa amal bagaikan pohon tidak berbuah; jadi dapat kita simpulkan bahwa ilmu itu akan menjadi sia-sia dan jadi sampah belaka.
Berdasarkan survey dari beberapa mahasiswa yang sudah mendapatkan gelar sarjana, riset membuktikan bahwasanya IPK itu tidak akan begitu membantu terhadap kesuksesan kita nanti, ketika terjun ke masyarakat; karena riset menyatakan bahwa skill, talent, atau kemampuan dalam bidang tertentu lebih dibutuhkan di masyarakat sosial. Namun kebanyakan orang-orang beralih kiblat dan memiliki kecenderungan pemahaman alot mengenai kesuksesan“aku pintar maka aku sukses” jadi, mereka memilih mencontek pada saat ujian daripada jujur mendapat nilai jelek.
Jika kita meneropong lebih jauh mengenai IPK, sebenarnya IPK hanya sekedar penilaian subjektif dari sebelah mata, apa yang dilihat itulah yang akan tertulis; atau mungkin IPK hanyalah sebuah implikasi atas kepiawaian mahasiswa dalam mengerjakan tugas terstruktur, tugas mandiri, UTS, dan UAS yang diperintahkan oleh dosen.
Mungkin ada beberapa mahasiswa yang mengamalkan tridharma, serta bagus dalam akademiknya, tapi orang-orang tersebut tidaklah banyak. Bisa dikatakan hanya kaum minoritas saja yang dapat memenuhi criteria tersebut.
Dalam menghadapi realitas sosial seperti sekarang ini yang sedemikian cepat membuat Mahasiswa harus bisa menempatkan dan memposisikan diri agar tidak terlelap dan terseret dengan kondisi semacam ini. Dalam mewujudkan itu semua, mahasiswa dituntut untuk senantiasa menanamkan nilai-nilai perjuangan dalam hatinya. Karena dengan cara itulah kualitas  mahasiswa akan selalu dikenang dalam sejarah peradaban bangsa
Dalam Wikipedia bahasa Indonesia pun tercatat, Sepanjang sejarah, mahasiswa di berbagai negara mengambil peran penting dalam sejarah suatu negara. Misalnya, di Indonesia pada Mei 1998, ratusan ribu mahasiswa berhasil mendesak Presiden Soeharto untuk mundur dari jabatannya.
Mahasiswa perlu  sadar, faham, dan merefleksikan diri  bahwa mereka adalah agen intelektual yang menjadi wakil masyarakat di komunitas. Mahasiswa punya tanggung jawab moral dikarenakan kegiatan kampus secara tidak langsung sebagian dibiayai oleh negara yang notabene adalah uang rakyat. Maka kewajiban kitalah untuk memberikan upaya terbaik  di sela-sela waktu kuliah kita untuk mengupayakan perbaikan masyarakat di sekitar kita. Sebenarnya yang masyarakat butuhkan dari mahasiswa bukanlah bantuan materil, akan tetapi sumbangsih tenaga dan pemikiran yang bisa membantu menyelesaikan akar permasalahan atau mengurangi dampak dari permasalahan tersebut. Mahasiswa juga bisa menjembatani antara pihak-pihak yang mau mensponsori suatu program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip terbuka, jelas, dan bertanggung jawab.

Oleh: Megandini Alfiqri Mahasiswi KPI/4B

 
Copyright © - HMJ KPI UIN Bandung | Powered by KPI UIN Bandung
Buku Tamu Top